e-katalog rona budaya - pkd 2023
1 tahun yang lalu
Pameran Seni Rupa “Repetitif Progrestif”
Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) 2022
Pengantar Kuratorial
Pameran “Repetitif Progresif” merupakan bagian dari perhelatan Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) 2022, “Daya Budaya”. Kegiatan ini memberi ruang pada karya seni berupa representasi ide dan gagasan seniman dalam berbagai bentuk penyajian yang segar dengan memungkinkan kolaborasi berbagai media. Karya-karya tersebut bisa meliputi karya seni rupa murni, seni multimedia, performance, kinetik, konseptual, video, dan eksperimentasi visual lainnya, baik bersifat representatif maupun regeneratif.
“Repetitif Progresif” sebuah terma yang merujuk pada pola dan irama kerja praktik kebudayaan tradisional. Rangkaian motif tersebut tidak hanya merekam dan ingatan nilai-nilai filosofis masa lampau yang hambar diucap, tetapi juga dokumentasi pengetahuan para pendahulu dalam menyepakati gagasan sosial yang ideal, refleksi berbagai seperangkat aturan hidup, pedoman bertingkah laku dan nilai-nilai subjetif sekelompok masyarakat sebagai identitas dan proyeksi masa depan.
Pembacaan terma ini dapat dimaknai secara spesifik dan lebih luas. Dalam konteks spesifik, diantaranya dalam bahasa visual, bisa merujuk pada penciptaan motif-motif tradisional. Kehadiran motif-motif sebagai ragam hias dan mengandung nilai filosofi dalam bingkai budaya Melalui motif-motif tradisional sebuah karakter budaya dapat dibaca, seperti memperlihatkan dalam pola pikir, pola tingkah laku dalam lingkungan sosial.
Keberagaman motif dapat diamati pada ukiran atau pahatan, tenun, batik, maupun songket. Pembacaan eksistensi motif ini tidak hanya pada ragam hias motif kebudayaan Minangkabau saja sebagai mayoritas, namun juga motif-motif tradisional beragam etnis yang seniman yang hidup di Sumatera Barat seperti Mentawai, Nias, Tiong Hoa, Mandailing, Arab dan Jawa, sesuai dengan budaya yang dimiliki seniman yang hidup di Sumatera Barat. Seniman dapat kembali menelusuri dan menggali berbagai motif sebagai salah satu representasi dari problem kebudayaan. Hal ini seiring dengan misi penciptaan dan kegelisahan yang diangkat ke dalam karya dengan penelusuran literasi, studi lapangan, memulai atau melanjutkan riset-riset kecil yang sebelumnya telah menjadi sumber penciptaan.
Selanjutnya, daya tawar dalam pemaknaan yang lebih luas, term ini tidak hanya bermakna pratikal sebagai sebuah pedoman dan estetika kehidupan, tetapi menuju pada hakikat nilai dari sebuah kebudayaan lebih mendalam dengan bahasa visual yang lebih leluasa. Artinya, terma ini juga berkemungkinan secara tidak langsung mempertanyakan kembali kepada kita, pertama, kenapa manusia bersosial memegang kebudayaan yang dimiliki secara komunal ? Kedua, mengapa idealnya kita kembali pada akar kebudayaan sendiri sebagai identitas di tengah banyaknya kebudayaan hadir ? seberapa penting identitas itu ? ketiga, apakah saat ini dengan seperangkat pengetahuan terhadap manusia, alam dan lingkungan tempat kebudayaan tersebut berkembang hanya semacam pengetahuan saja atau masih dianggap relevan dalam praktiknya ? Sayangnya, sering kali nilai-nilai itu dianggap terputus dan tidak hadir ini bersama dengan pengetahuan serta kedinamisan konteksnya, sehingga kita pun terjebak dalam eksotisasi bentuk dan romantisasi kekayaan masa lampau.
Problem yang sama muncul pada pilihan lainnya, yakni modernitas. Modernitas ataupun produk teknologinya yang datang ke Indonesia tidak berbarengan dengan pengetahuannya, bahkan tidak selalu berangkat dari kebutuhannya, membuat kita terjebak pada budaya pukau dan konsumtif. Ketimpangan kultural dalam memandang modernitas dan tradisi adalah keunikan yang menarik untuk dibaca (kaji) kembali sebagai kenyataan pengetahuan hari ini.
Di sisi lain, “Repetitif Progresif”juga dapat dilihat sebagai sebuah upaya untuk membaca ulang modal kultural yang kita miliki dalam konteks yang kiwari, dan mengkritisi bagaimana budaya bekerja. Penggabungan terma “Repetitif” dan “Progresif” menjadi bingkaian menarik untuk melihat bagaimana inisiatif dan intensitas yang berkembang di kalangan publik Sumatera Barat, mampu mengantarkan kita pada proyeksi masa depan yang lebih baik. Hal ini juga mengajak para seniman untuk meninjau ulang praktik tradisi yang pernah dan sedang berkembang, yang belum terdengar, ataupun yang hilang. Memahaminya sebagai produk pengetahuan dalam menyiasati persoalan pada konteks masa lampaunya sebagai proyeksi masa depan.
Demikian hal ini dapat dijadikan sumber penciptaan karya seniman dan juga berkemungkinan untuk menjadikan motif-motif tradisional yang ada di Sumatera Barat sebagai penghantar metafor ataupun simbol. Sumber ide ini dalam proses kreatifnya dapat divisualisasi dengan berbagai eksperimen dan pengolahan penyajian yang tidak biasa. Selanjutnya, dapat diramu untuk membaca kegelisahan atau kebenaran objektif yang ditangkap seniman dari berbagai perspektif yang unik berdasarkan fenomena hari ini yang cukup kompleks. Seniman juga dapat memberi eksekusi berdasarkan intensitas, keberpihakannya pada ruang hidup, serta kemampuan artistik masing-masing dalam memproduksi bahasa visual yang mengkritisi sikap-sikap terhadap kebudayaan itu sendiri.
Tujuan Kegiatan
Bentuk Kegiatan
Sasaran Tour Kuratorial adalah siswa/i sekolah di Kota Padang
Tim Kurator Pameran
Tempat dan Waktu Kegiatan
Tanggal : 1 – 5 Oktober 2022
Pukul : 11.00 – 16.00 WIB
Tempat : Galeri Taman Budaya Sumatera Barat
Hari/ Tanggal : Sabtu, 1 Oktober 2022
Pukul : 20.00 WIB
Tempat : Galeri Taman Budaya Sumatera Barat
Tanggal : 2 Oktober 2022
Pukul : 14.00 – 16.00
Tempat : Galeri Taman Budaya Sumatera Barat
Tanggal : 3,4,5 Oktober 2022
Pukul : 14.00 – 16.00
Tempat : Galeri Taman Budaya Sumatera Barat
Sasaran Pengunjung
Ketentuan Peserta Pameran
Ketentuan Karya
Pengepakan dan Pengiriman Karya
TAMAN BUDAYA SUMATERA BARAT
Jl. Diponegoro No. 31, Belakang Tangsi
Kecamatan Padang Barat, Kota Padang
Sumatera Barat
CP : Os Mulyadi (0852 7444 4363)
Fasilitas Peserta Pameran
TIME FRAME
NO |
Time Frame |
Kegiatan |
1 |
29 Agustus – 12 September |
Panggilan terbuka peserta pameran |
2 |
13 September |
Seleksi karya panggilan terbuka |
3 |
14 September |
Pengumuman karya lolos panggilan terbuka |
4 |
1 – 16 September |
Pemantauan karya seniman online dan offline |
5 |
1 – 20 September |
Penyusunan katalog dan buku acara |
6 |
17 September |
Rapat Artistik tata ruang pamer |
7 |
24 September |
Batas akhir karya sampai ke Taman Budaya Sumatera Barat |
8 |
25 – 30 September |
Display |
9 |
1 Oktober |
Pembukaan Pameran |
10 |
1 – 5 Oktober |
Pameran |
11 |
2 Oktober |
Tour Kuratorial |
12 |
3 Oktober |
Artis Talk I |
13 |
4 Oktober |
Artis Talk II |
14 |
5 Oktober |
Artis Talk III |
15 |
5 Oktober |
Penutupan |
16 |
6 – 7 Oktober |
Pembongkaran karya |
17 |
8 – 9 Oktober |
Pemulangan karya |
Peserta pameran Seni Rupa PKD 2022 terdiri dari Undangan sebanyak 14 perupa dan Open Call sebanyak 11 perupa, data yang masuk ke email pekadesumbar@gmail.com berjumlah 63 peserta dan diambil sebanyak 11 perupa.
Berikut nama nama peserta pameran:
1. Boynistil
2. Febridho
3. Imam Teguh
4. Jon wahid
5. Muhammad Ravi Herley
6. Nanda Pradinhe
7. Proyek Biang (Biki Wabihamdika x Anggraeni Widhiasih)
8. Ramadhani Kurniawan
9. Riska x Yuni Yumarni
10. Saqat Al Afghani Panai
11. Zaki Nusyirwan